Benni Sitanggang Tinggal di Ukraina, Mengaku Sudah Diberikan Peta Menuju Bunker
TOBATIMES, UKRAINA - Benni Sitanggang, seorang warga negara Indonesia (WNI) yang telah tinggal di Ukraina selama lebih dari lima tahun, mengatakan pemerintah daerah tempatnya tinggal sudah menyiapkan berbagai kemungkinan bila sampai penyerbuan terjadi.
"Warga tidak terlalu panik, tetap menjalankan aktivitas seperti biasa. Namun bila terjadi hal tak diinginkan, seperti pengeboman ,semoga tidak terjadi, kita dikasih peta untuk tempat persembunyian, bunker-bunker untuk keamanan."
"Kita sudah dikasih peta, masyarakat tahu ke mana perginya bila terjadi hal-hal yang tak diinginkan," kata Benni Sitanggang kepada BBC News Indonesia.
Benni Sitanggang juga mengatakan pemerintah setempat juga meminta warga terus mengikuti berita dan mendengar seruan pemerintah apa yang harus dilakukan.
Ia juga mengatakan seruan dari KBRI meminta WNI tenang dan diberikan penyuluhan untuk persiapan, termasuk "mempersiapkan dokumen dalam tas, pakaian seperlunya" untuk berjaga-jaga.
"Kalau mau pulang pun kita bisa dipulangkan dengan keluarga. seperti saya yang menikah dengan warga Ukraina, saya bisa pulang bersama istri dan anak saya ke Indonesia,"ujar Benni Sitanggang.
Sebelumnya, pada Kamis (10/2/2022) lalu, melalui keterangan pers secara daring, Kementerian Luar Negeri Indonesia memastikan kondisi 145 WNI yang mayoritas tinggal di Kiev dan tersebar di beberapa daerah di negara itu dipastikan masih aman dan sehat.
"Berdasarkan laporan dari KBRI Kiev, saat ini aman dan dalam kondisi normal," ujar Direktur Perlindungan WNI dan BHI Kemlu Judha Nugraha.
Ketika Presiden Putin perintahkan militer Rusia serbu wilayah Ukraina timur di Donetsk dan Luhansk
Presiden Rusia Vladimir Putin yang terobsesi mengembalikan kejayaan Uni Soviet memulai perang Rusia-Ukraina dengan mengakui separatis di Ukraina timur, yaitu Donetsk dan Luhansk, Senin (21/2/2022).
"Saya percaya perlu mengambil keputusan yang sudah lama tertunda, untuk segera mengakui kemerdekaan dan kedaulatan Republik Rakyat Donetsk dan Republik Rakyat Lugansk," kata Putin dikutip dari AFP.
Putin juga menuntut agar Ukraina mengakhiri operasi militer terhadap pemberontak pro-Rusia di bagian timur negara itu, atau mengancam bakal lebih banyak kemungkinan pertumpahan darah.
"Kami menuntut segera diakhirinya operasi militer," ujar Putin dengan menuduh Kiev mencoba mengatur serangan kilat di Ukraina timur.
"Jika tidak, semua tanggung jawab untuk kemungkinan kelanjutan pertumpahan darah akan sepenuhnya menjadi tanggung jawab rezim yang berkuasa di Ukraina," tambahnya.
TV Rusia kemudian menunjukkan Putin menandatangani perjanjian bantuan timbal balik dan persahabatan dengan para pemimpin pemberontak di Kremlin.
Di akhir pidatonya yang panjang, Putin meminta majelis tinggi parlemen Rusia yaitu Dewan Federasi untuk mendukung keputusan ini. Baik majelis rendah dan tinggi parlemen Rusia akan memberikan suara pada pengakuan Donetsk dan Luhansk pada Selasa (22/2/2022).
Ada pun poin yang disampaikan Presiden Vladimir Putin atas pengakuan Republik Rakyat Donetsk dan Lugansk tersebut, yaitu:
1. Bahwa Ukraina telah menolak perjanjian Minsk dan penyelesaian damai konflik, Republik Rakyat Donetsk dan Lugansk diakui sebagai negara berdaulat dan merdeka, sesuai dengan kehendak rakyatnya.
2. Kementerian Luar Negeri Rusia akan menjalin hubungan diplomatik dengan Republik Rakyat Donetsk dan Lugansk.
3. Kementerian Luar Negeri Rusia akan mencapai kesepakatan formal tentang persahabatan, kerja sama, dan bantuan timbal balik dengan Republik Rakyat Donetsk dan Lugansk.
4. Atas undangan kepala Republik Rakyat Donetsk dan Lugansk, Angkatan Bersenjata Rusia akan dikerahkan di wilayah mereka untuk melakukan operasi pemeliharaan perdamaian.
Beberapa jam setelah penandatangan perjanjian Rusia-Pemberontak Donetsk dan Luhansk, Presiden Vladimir Putin memerintahkan pasukan Rusia dikirim ke Donetsk dan Luhansk (alasan poin 4).
Dekrit itu mengatakan militer Rusia akan memasuki wilayah itu atas permintaan Donetsk dan Luhansk untuk "menjaga perdamaian."
Sebelumnya Rusia sudah mencaplok wilayah Ukraina, Krimea pada 2014.
Saat bersamaan dua wilayah yang dikuasai separatis pro-Rusia, Donetsk dan Luhansk juga mengumumkan kemerdekaannya.
Dalam perang ini sedikitnya 14.000 orang tewas. Namun Rusia baru mengakui kemerdekaan Donetsk dan Luhansk pada 21 Februari 2022.
Barat berulang kali memperingatkan Putin untuk tidak mengakui pemberontak Ukraina, karena akan melanggar perjanjian perdamaian rapuh yang mengatur konflik tersebut. Namun, Putin mengabaikan permintaan itu.
Dia berkata kepada Presiden Perancis Emmanuel Macron dan Kanselir Jerman Olaf Scholz sesaat sebelum pidatonya disiarkan, bahwa dia akan mengakui Luhansk dan Donetsk.
Putin berbicara selama lebih dari satu jam dalam pidato sarat dengan referensi sejarah yang mempertanyakan hak Ukraina atas kedaulatan, dan menuduh Barat menghabiskan waktu bertahun-tahun untuk menipu Moskwa.
Tampak sangat marah, Putin turut berujar bahwa Ukraina harus disebut "Ukraina dari Vladimir Ilyich Lenin", dan negara itu berutang atas terciptanya wilayah tersebut kepada revolusioner Rusia.
Putin lalu menuduh Kiev melancarkan genosida di Ukraina timur dan bersiap menguasai persenjataan nuklir.
Dia berkata, Barat meludahi masalah keamanan Rusia selama bertahun-tahun dengan memindahkan NATO ke timur dan menempatkan infrastruktur militer lebih dekat ke perbatasan Rusia.
Vladimir Putin menyebut Barat sedang mencoba memeras Rusia, terlepas dari situasi di Ukraina.
*Sebelum Perintahkan Militer Serbu Wilayah Ukraina timur, Putin pantau latihan senjata nuklir*
Sebelum menadatangani pengakuan kemerdekaan Donetsk dan Luhansk, Presiden Vladimir terlebih dahulu terjun langsung mengawasi pasukan nuklir strategis Rusia saat latihan, Sabtu,
Sementara, Washington menuduh pasukan Rusia yang berkumpul di dekat perbatasan Ukraina maju dan "siap menyerang".
Setelah Kyiv dan Moskow saling tuduh atas penembakan baru di dekat perbatasan, Prancis dan Jerman mendesak semua atau sebagian warganya di Ukraina untuk pergi.
Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin mengatakan pasukan Rusia mulai "mengurai dan bergerak lebih dekat" ke perbatasan.
"Kami berharap dia (Putin) mundur dari ambang konflik," kata Austin pada konferensi pers di Lithuania, mengatakan invasi ke Ukraina tidak dapat dihindari.
Sementara, pada konferensi keamanan di Munich, Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy mengatakan arsitektur keamanan global "hampir rusak".
Dia mendesak anggota tetap Dewan Keamanan PBB, Jerman dan Turki untuk bertemu guna menyusun jaminan keamanan baru bagi negaranya.
"Aturan yang disepakati dunia beberapa dekade lalu tidak lagi berfungsi," kata Zelenskiy.
Sejak tanggal 20 Februari 2022 disebut-sebut menjadi tanggal genting bagi Rusia dan Ukraina. Sebab, Rusia disebut-sebut bakal menyerang Ukraina setelah tanggal 20 Februari.
“Setelah 20 Februari selalu merupakan kerangka waktu yang lebih penting,” kata Michael Kofman, ahli militer Rusia di think tank CNA.
*AS peringatkan China jangan ikut campur dan malah minta Indonesia ikut meredakan konflik*
Panasnya konflik Rusia dan Ukraina membuat khawatir banyak negara di dunia. Amerika Serikat (AS) dan NATO menjadi negara yang paling sibuk terkait konflik Rusia dan Ukraina.
Selain dikenal sebagai musuh besar Rusia, Amerika Serikat (AS) juga dikenal sebagai negara militer terkuat di dunia. Bahkan lebih kuat dibanding Rusia.
Sebelumnya, Amerika juga telah memperingatkan China agar jangan ikut campur dengan Rusia terkait konflik Ukraina ini. Namun, Amerika malah mengatakan justru Indonesialah yang bisa membantu meredakan ketegangan antara Rusia dan Ukraina.
Kok bisa? Hal itu disampaikan oleh seorang pejabat senior Kedutaan Besar AS yang enggan disebut namanya di Jakarta.
Itu terjadi dalam press-briefing secara virtual di Jakarta pada Jumat (18/2/2022) lalu. Katanya, Indonesia memiliki peranan penting dan meminta semua pihak meredakan situasi yang tengah memanas ini.
Diketahui Menteri Luar Negeri (Menlu) Indonesia Retno Marsudi memang telah melakukan panggilan telepon dengan Menlu Rusia Sergei Lavrov dan Menlu Ukraina Dmytro Kuleba. Panggilan itu dilakukan secara terpisah pada 9 Februari 2022.
Dalam panggilan itu, Menlu Retno menyampaikan pesan perdamaian di mana dia meminta kedua negara untuk menahan diri dari situasi panas ini.
Dia juga meminta agar diberikan kesempatan untuk berdialog. “Kami sepenuhnya setuju. Kami menyambut pernyataannya," kata pejabat AS itu.
Tidak hanya pernyataan Retno, AS juga mengapresiasi pernyataan Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam G20 beberapa waktu lalu. Di mana Presiden Jokowi mengatakan ini bukan waktu untuk berkonflik. Apalagi di saat dunia tengah berjuang menghadapi pandemi virus corona.
Terkait Ketegangan yang meningkat antara Rusia dan Ukraina, AS sudah mempersiapkan banyak cara. Termasuk cara diplomatik. Meski begitu, AS juga mempersiapkan pasukannya dibanyak negara di Eropa Timur. Tujuannya guna menangkis jika terjadi serangan di Ukraina. Sebab konflik masih mungkin terjadi.
*Intelijen Inggris Beberkan Rusia Telah Mengepung Ukraina dari 7 Arah*
Kementerian Pertahanan Inggris mengidentifikasi tujuh kemungkinan rute serangan Rusia terhadap Ukraina, karena AS dan NATO percaya bahwa risiko serangan Rusia tetap tinggi.
Melansir 24h.com.vn (18/2/2022), sebuah peta yang menggambarkan kemungkinan 7 arah Rusia dalam menyerang Ukraina diposting oleh Kementerian Pertahanan Inggris.
Gambar kemungkinan arah serangan Rusia tersebut diambil berdasarkan data satelit dan sumber intelijen, menurut surat kabar Inggris Sky News.
Disebut, Rusia dapat sepenuhnya menyerang ibukota Ukraina, Kiev, serta kota industri Dnipro.
Dalam rendering grafis, tiga arah serangan Rusia ke timur dan satu ke selatan dapat menargetkan kota Dnipro.
Setelah target tercapai, pasukan Rusia dapat bergerak lebih jauh ke barat, bertujuan untuk menguasai lebih banyak wilayah Ukraina, menurut Kementerian Pertahanan Inggris.
Di utara, tiga tentara Rusia secara bersamaan dapat menyerang ibukota Kiev, dengan dua sayap menjadi pasukan Rusia yang hadir di Belarus.
"Rusia mempertahankan kehadiran militer yang signifikan dan dapat meluncurkan serangan tanpa peringatan," kata Kementerian Pertahanan Inggris dalam sebuah pernyataan.
“Di bawah ini adalah gambar yang menunjukkan kemungkinan arah serangan Rusia. Tetapi Moskow masih memiliki pilihan untuk mencegah konflik dan mengupayakan perdamaian," kata kementerian itu.
Jika fase satu berjalan dengan baik, operasi fase dua dapat mencakup pasukan Rusia yang menyerang kota pelabuhan Odessa dan kota Vinnytsia di Ukraina barat.
Pada 17 Februari, Kementerian Pertahanan Inggris kembali membantah pengumuman penarikan pasukan Rusia.
“Rusia mengatakan bahwa sebagian dari pasukan ditarik ke pangkalan setelah latihan berakhir."
"Kami tidak melihat tanda-tanda pasukan Rusia menarik diri dari daerah dekat Ukraina. Rusia masih bisa menyerang tanpa peringatan," kata mereka.
Presiden AS Joe Biden juga mengatakan pada 17 Februari bahwa risiko "Rusia menyerang Ukraina tetap tinggi, berdasarkan intelijen".
Juga pada 17 Februari, Menteri Luar Negeri Rusia Dmitry Peskov mengatakan bahwa mereka akan terus menarik beberapa pasukan yang telah menyelesaikan tugas mereka dari perbatasan Ukraina.
“Ini adalah proses yang panjang. Ini akan memakan waktu lama," kata Peskov.
Ia menambahkan bahwa Rusia tidak memperhatikan keraguan Barat tentang rencananya untuk menarik pasukannya dari perbatasan Ukraina.