Orangtua Simpan Mayat Anak Gadisnya Selama 2,5 Bulan, Ternyata Bukan Kali Pertama

Posted 14-01-2022 12:27  » Team Tobatimes
Foto Caption: Bid Dokes Polda Jateng mendatangi ke Desa Plakaran, Kecamatan Moga untuk melakukan trauma healing kepada keluarga SAR, Rabu (12/1/2022). (Polres Pemalang)

TOBATIMES.COM, PEMALANG - Rahmad (38) dan Prihati (36) warga Desa Plakaran, Kecamatan Moga, Kabupaten Pemalang, Jawa Tengah menyimpan jenazah anaknya, SAR (14), selama 2,5 bulan. Mereka menyakini bahwa anaknya masih hidup diduga mengikuti aliran tertentu.

"Diduga kedua orangtua dari SAR ini mengikuti aliran tertentu yang menyebutkan bahwa anaknya belum meninggal dunia," kata Camat Moga, Umroni, Kamis (13/1/2022).

Tetangga bahkan mengatakan, keduanya sering sekali mengantikan baju jenazah anaknya.

Melihat tingkah yang tidak lazim itu, warga pun melaporkan ke kantor desa.

Selanjutnya, forkopimcam, tim medis bersama kades desa setempat langsung menuju ke lokasi kejadian.

"Kami langsung melakukan langkah-langkah terkait itu, di antaranya memberikan penyadaran kedua orangtua untuk segera melakukan perlakuan terhadap jenazah seperti memandikan, di salati, dan dikuburkan secara syariat islam," imbuhnya.

Pihaknya berharap kasus ini agar tidak terjadi lagi dan mengimbau kepada masyarakat untuk mewaspadai adanya keyakinan-keyakinan oleh oknum-oknum yang menyebarkan bahwa jenazah itu masih hidup, padahal jenazah tersebut sudah meninggal dunia.

"Saya meminta kepada bapak RT, RW, dan pak kadus di wilayah desa-desa untuk sering mamatau kondisi di lapangan. Karena kejadian ini sampai tidak diketahui oleh masyarakat, karena keluarga tersebut jarang keluar rumah dan jarang sosialisasi ke masyarakat," tambahnya.

Bid Dokes Polda Jateng mendatangi ke Desa Plakaran, Kecamatan Moga untuk melakukan trauma healing kepada keluarga SAR, Rabu (12/1/2022).

Kapolres Pemalang AKBP Ari Wibowo mengatakan, upaya trauma healing ini dilakukan untuk memberikan perhatian kepada keluarga SAR dalam membantu proses penyembuhan trauma akibat kehilangan orang yang dicintai.

"Harapannya, trauma healing ini dapat membantu keluarga SAR untuk kembali hidup normal setelah kejadian yang membuatnya trauma," kata Kapolres Pemalang AKBP Ari Wibowo saat rilis yang diterima Tribunjateng.com.

Kapolres Pemalang mengungkapkan, trauma healing dilakukan oleh tim dari Bid Dokes Polda Jateng bersama Dokes Polres Pemalang, dan Puskesmas Banyumudal, Moga.

"Tim Bid Dokes Polda Jateng dipimpin oleh Dr. Endang, mereka didampingi oleh Forkopimcam Moga dan pemerintah desa setempat," ungkapnya.

Tidak ada warga yang berani masuk ke rumah tersebut. Warga melaporkan kejadian itu ke Muspika Kecamatan Moga.

"Lokasinya berada di pegunungan jauh dari perkotaan, kami bersama Muspika Kecamatan Moga langsung menuju ke lokasi. Di lokasi kami bersama ketua RT, tokoh agama, tokoh masyarakat mengecek jasad yang disimpan di dalam rumah," imbuhnya.

Setelah itu, pihaknya memberikan pemahaman kepada keluarga SAR. Setelah cukup lama, akhirnya tim medis diperbolehkan untuk mengizinkan diperiksa petugas medis.

"Dari pemeriksaan yang dilakukan petugas medis dari Puskesmas Banyumudal Moga, diperkirakan SAR telah meninggal dunia dikarenakan penyakit TBC," ucapnya.

Pihaknya menambahkan, setelah dilakukan pendekatan secara persuasif, akhirnya keluarga korban mau memakamkan jenazah.

"Alhamdulillah, keluarga korban mau memakamkan jenazah gadis tersebut. Jenazah di makamkan pada Minggu malam," tambahnya.

Seorang yang ikut bernegosiasi Ustadz Zaenuri membenarkan bahwa ia bersama Muspika Moga mendatangi rumah tersebut dan sempat bernegosiasi cukup lama dengan pihak keluarga agar jenazah segera dimakamkan.

"Cukup lama dalam negosiasi dengan keluarga, ya sekitar 15 menitan. Saya juga menjelaskan bahwa sebagai umat Islam pada jasad untuk segera dimakamkan sebagaimana mestinya. Alhamdulillah, akhirnya pihak keluarga mau melakukanya," kata Ustadz Zaenuri.

Ia menambahkan, selanjutnya korban langsung dimakamkan di tempat pemakaman keuarga yang berada di samping rumah.

Bukan Kali Pertama

Ternyata aksi tersebut bukan kali pertama dilakukan keluarga korban.

Informasi itu diungkapkan Camat Moga, Umroni, dalam kanal YouTube tvOneNews, Kamis (13/1/2022).

Meski jasad disimpan lebih dari dua bulan, warga sekitar tak mencium bau busuk dari rumah korban.

Diduga, keluarga memberikan obat atau ramuan khusus untuk mencegah bau busuk jasad korban menyebar.

"Ada dugaan jenazah diberi obat yang bisa mengurangi bau," jelas Umroni.

"Ini adalah kali kedua dilakukan keluarga ini.  Sebelumnya pernah ketahuan warga."

Lebih lanjut, menurut dia, keluarga ini juga pernah menyimpan jasad di rumah.

Jasad tersebut adalah adik korban.

"Jadi adiknya sebelumnya telah meninggal dan selama seminggu jenazahnya dibiarkan."

"Tapi kemudian jenazah tersebut memunculkan bau sehingga mendesak masyarakat untuk memakamkan."

Belajar dari pengalaman, keluarga ini kemudian memberikan obat khusus pada jasad korban sehingga tak mengeluarkan bau busuk.

Lebih lanjut, Umroni membahas soal keluarga korban yang dikenal jarang bergaul.

"Yang kedua ini tampaknya ada upaya keluarga korban untuk memberi obat supaya tidak tercium," ungkapnya.

"Keyakinan ini muncul karena yang bersangkutan jarang bersosialisasi dengan warga sekitar, keluarganya tertutup."

"Sehingga masyarakat jarang berkomunikasi, datang ke rumahnya, dan sebagainya," katanya.

Dikutip dari Tribun Medan