Boy Sianipar Masih 20 Tahun Rela Sisihkan Penjualan Lukisan demi Bangun Library Sihailhail

Posted 19-03-2021 02:34  » Team Tobatimes
Foto Caption: Boy Sianipar, pendiri Library Sihailhail atau perpustakaan mini untuk anak-anak di Desa Sianipar Sihailhail, Kecamatan Balige, Kabupaten Toba pada Selasa (16/3/2021)

BALIGE - Rasa prihatin melihat anak-anak cenderung main gadget, daripada membaca buku, memunculkan ide bagi Boy Sianipar (20) untuk mendirikan perpustakan mini di kampungnya, Desa Sianipar Sihailhail, Kecamatan Balige, Kabupaten Toba.

Di usia yang maih belia, Boy mewujudkan keinginannya tersebut lewat perpusatakaan yang diberi nama Library Sihailhail.

Perpustakaan ini memang belum lama berdiri, sejak Januari 2021.

Perpustakaan ini didedikasikan pegiat literasi ini, bagi anak-anak sekitar kampung halamannya.

Lewat perpusatakaan mini tersebut, ia ingin melihat anak-anak menikmati pengetahuan melalui buku.

Boy merupakan lulusan SMA Bintang Timur Balige pada tahun 2018.

Ia memutuskan tinggal di kampung halamannya sembari mengasah kemampuannya melukis.

Ia menceritakan bahwa keinginan mendirikan perpustakaan muncul sejak lulus dari SMA.

Tiga tahun setelah memeroleh ijazah, barulah keinginan itu terwujud.

Pria yang memiliki hobi melukis ini mendirikan perpustakaan pada tanggal 27 Januari 2021.

Ia merasa kasihan terhadap anak-anak yang telah jauh dari dunia buku, lebih dekat dunia gadget.

“Kini anak-anak bisa nikmati buku-buku di sini. Kan, biasanya anak-anak zaman sekarang ini sangat dekat dengan gadget. Buku sudah mulai ditinggalkan, inilah yang membuat hatiku miris. Dan, ini harus diubah sejak dini,” ujarnya.

Boy akhirnya memutuskan untuk secepatnya mewujudkan keinginan mendirikan perpustakaan mini.

Dari hasil penjualan lukisannya, ia sisihkan untuk membeli buku dan peralatan lainnya seperti meja dan kursi.

Anak bungsu dari enam bersaudara ini merasa bergembira melihat anak-anak bisa bermain dan belajar di Library Sihailhail.

“Harapanku, sopo yang berumur 200 tahun ini bisa menjadi tempat belajar anak-anak hingga kuliah. Aku juga pajang semua karyaku agar mereka bisa melihat dan barangkali bisa tertarik melukis. Aku ingin membangun kampung kecilku ini dari hal-hal sederhana,” lanjutnya.

Walau masih biaya pribadi, ia tidak putus asa.

Ia yakin bahwa upaya yang dijalankannya akan mendapatkan jalan terbaik guna mengembangkan perpustakaan kecil tersebut.

“Aku yakin dengan gerakan kecil ini, orang-orang sekitar ini akan semakin bersemangat dan yakin melihat dunia luar. Secara pribadi, aku yakin ada banyak jalan bila memulai sesuatu dengan jujur,” pungkasnya.

Di dalam ruangan seluas 6 x 8 meter ini amat variatif; buku anak-anak, buku cerita, buku pelajaran sekolah, novel, dan sejumlah buku resep makanan.

Terpajang juga sejumlah lukisan karya Boy Sianipar.

Kata Boy, sambil melukis, ia ingin setiap orang menikmati hasil karyanya melalui pajangan di Sopo Batak tersebut.

Perpustakaan tersebut dikunjungi oleh sejumlah anak-anak sekitar rumah untuk belajar di masa pandemi Covid-19 melalui daring.

Tugas dikerjakan dan tak sungkan anak-anak tersebut bertanya padanya.

Terlihat sejumlah anak tengah membaca buku dan mengerjakan tugas dari sekolahnya.

Semangat anak-anak membaca membuat dia berupaya mengembangkan perpustakaan tersebut, mulai dari pembenahan buku, kursi, dan meja hingga pendukung lainnya.

“Awalnya aku ragu dengan cita-citaku ini. Namun, setelah melihat anak-anak datang mulai dari pagi hingga malam, aku jadi semangat. Kini, kursi dan buku-buku serta meja belajar anak sedang kubenahi. Aku gunakan kayu-kayu bekas gimanalah biar anak-anak merasa nyaman saat belajar,” ujar Boy Sianipar.

Dikutip dari Tribun Medan