Tragedi Tewasnya Cornelis De Houtman Di Tangan Laksamana Wanita Keumalahayati di Aceh
TOBATIMES - Tahun 1599 Masehi, dua buah kapal misi dagang Belanda berlabuh di bandar Kuala Aceh. Kedua kapal itu, yang satu bernama "De Leeuw" yg dikomandani oleh Cornelis de Hautman.
Kapal yg satu lagi bernama "De Leeuwin", Kaptennya adalah Federick de Houtman (adik Coenelis de Houtman)
Tujuan kedatangan Cornelis dan adiknya Federick de Houtman besama dua kapalnya, utk menemui Sultan Aceh Alaiddin Riayat Syah Al-Mukammil (1589-1604 M), utk meminta Sultan Aceh, agar mereka diizinkan menjalin hubungan dagang dgn Aceh.
Dalam negosiasi itu, Sultan Alaiddin Al-Mukammil tidak keberatan. Tapi dgn syarat, sebelum Sultan mengizinkan Cornelis dan adiknya Federick berdagang di Aceh, dua kapal mereka "De Leeuw" dan "De Leeuwin" dapat dicater lebih dulu oleh kesultanan Aceh, utk mengangkut pasukan Aceh (tentara Aceh) utk melakukan penyerangan Portugis ke senanjung Selangor dan Malaka.
Cornelis dan Federik tdk keberatan, utk memcaterkan kedua kapal mereka pada kerajan Aceh. Yang penting setelah itu mereka bisa berdagang di Aceh.
Setelah kedua belah pihak setuju dlm soal pencateran kapal ini. Sultan Aceh pun membayar harga cateran kapal itu separuh lebih dulu, sisanya akan dilunasi setelah kembali ke Aceh dari penyerangan Portugis di Selangor dan Malaka.
* * *
Dua hari sebelum keberangkatan pasukan Aceh, utk menyerang Selangor dan Malaka, di istana kerajaan Aceh diadakan kenduri besar-besaran, sekaligu menepungtawari pasukan Aceh yg akan berangkat berperang ke Selangor dan Malaka, utk mengusir Portugis di sana.
Pada hari kenduri tu, Sultan Aceh memerintahkan, agar sebagian kenduri itu diantarkan kepada anak buah kapal Cornelis dan Federick yg sedang belabuh di kuala Aceh, menunggu hari pemberangkatannya pasukan Aceh ke Selangor dan Malaka.
Keduri pun diantar ke anak buah kapal oleh petugas istana kerajaan Aceh. Begitu anak buah kapal Cornelis dan anak buah kapal Federick menikmati makanan kenduri itu dgn lahapnya, kebanyakan anak buah kapal itu langsung pusing-pusing dan mual-mual, bahkan ada muntah-muntah dan jatuh pingsan.
Melihat anak buahnya dlm kondisi seperti itu, setelah makan kenuri yg diantar dari istana kerajaan Aceh, Coenelis pun marah-marah, dan menuduh Sultan Aceh telah sengaja meracuni anak buahnya kapalnya dgn makanan yg diantar dari istana.
Foto ini adalah foto lukisan Laksamana Kemalahayati, dgn latar belakang armada Inong Balee, fersi Said Dahlan Al-Habsyi.
* * *
Makian dan tuduhan Cornelis de Houtman bahwa Sultan Aceh telah meracun anak buahnya, informasi itu sampai ke istana Aceh. Mendengar kabar Cornelis yg menuduh Sultan meracun anak buah kapalnya dgn makanan. Laksamana Keumalahayati pun melakukan sidak ke kapal Cornelis di pelabuhan.
Begitu Laksamana Keumalahayati muncul di kapal Cornelis, utk memeriksa apa yg telah terjadi, Cornelis de Houtman langsung marah-marah dan memaki-maki Laksamana Keumalahayati. Serta menuduh Sultan Aceh telah meracuni anak buah kapalnya dgn makanan.
Atas makian dan tuduhan itu, Laksamana Keumalahayati pun dibuat geram oleh Cornolis, darah kepahlawanan Keumalahayati pun sebagai Laksamana (admiral) wanita pertama di dunia mendidih, mendenger makian dan tuduhan Cornelis terhadap Sultan Aceh.
Perang mulut dan perkelahiang (duel) antara Laksamana Kemalahayati dgn Cornelis tak terhindarkan. Setelah beberapa saat terjadi duel antara Cornelis de Houtman dgn Laksamana Keumalahayati di dalam kapal, sebilah rencong yg ada di tangan Laksamana Keumalahayati terhujam ke dada Cornelis de Houtman, hingga Cornelis de Houtman tewas seketika dlm tragedi itu.
Sedangkan adik Cornelis, yaitu Federick de Houtman, yg berada di kapal satu lagi selamat dlm tragedi itu. Dan kemudian Federick de Houtnan menjadi tawanan kerajaan Aceh selama dua tahun. Setelah itu, Federick dijeput kembali oleh sebuah delegasi utusan kerajaan Belanda ke kerajaan Aceh, dgn berbagai negosiasinya. Hingga Federick dibebaskan dari tawanan kerajaan Aceh, kembali ke Belanda.
* * *
Setelah tragegi tewasnya Cornelis di tangan Laksamana Keumalahayati, baru ketahuan, bahwa yg membuat anak buah kapal menjadi pening, pusing-pusing, dan bahkan muntah-muntah setelah menyantap kenduri makanan yg dikirim dari istana kerajaan Aceh.
Ternyata mereka belum terbiasa dgn mekanan kari Aceh, yg bumbunya terdiri dari rempah-rembah berkualitas. Termasuk anak ganja di dalamnya sebagai bagian dari bumbu kari Aceh.
Tentu saja, karena anak buah kapal itu (orang Eropa) yg belum terbiasa dgn masakan bumbu kari Aceh, tubuh mereka tdk tahan setelah menyantap kenduri makanan itu. Maka mereka langsung pusing-pusing dan muntah-muntah, bahkan bisa pingsan.
* * *
Pertanyaannya, setelah Cornelis de Houtman tewas di tangan Laksamana Keumalahayati di Aceh. Apakah Coenelis de Houtman waktu itu dimakamkan di Aceh, atau dibawa pulang ke Belanda, atau disemayamkan ke laut. Kalau dimakamkan di Aceh, dimana makam Cornelis de Houtman di Aceh sekarang ini.
Dalam beberapa kesempatan, saya selalu mengusulkan pada pemerintah Aceh, utk membuat sebuah monumen sejarah tragedi tewasnya Cornelis de Houtman di Aceh tahun 1599. Ini sejarah basar bagi Aceh.
Seperti Gubernur Ibrahim Hasan, membuat monumen sejarah tewasnya Jenderal Kohler di depan Masjid Raya Baiturrahman tahun 1873. Saat Kohler memimpin penyerangan pasukan Belanda pertama utk menguasai istana kerajaan Aceh.
Monumen sejarah tewasnya Cornelis de Houtman di Aceh, mungkin bisa dibuat di seputaran Krueng Raya Aceh Besar. Karena di Krueng Raya itu itu juga terdapat makam Laksamana Keumalahayati, dimana Coenelis de Houtman sendiri tewas di tangan Laksamana Keumalahayati.
Atau pemerintah Aceh dpt membentuk sebuah Tim, utk bekerja menentukan dimana lokasi yg meyakinkan, utk membangun sebuah monumen sejarah tewasnya Cornelis de Houtman di Aceh.