Luhut Sempat Lupa Punya Saham di GSI, Anak Buah Jelaskan Kronologi

Posted 10-11-2021 10:27  » Team Tobatimes
Foto Caption: Menko Marves Luhut Binsar Pandjaitan Foto: KEMENKO MARVES

TOBATIMES, JAKARTA - Deputi Bidang Koordinasi Investasi dan Pertambangan Kemenko Kemaritiman dan Investasi (Marves), Septian Hario Seto, mengungkap Menko Marves Luhut Binsar Pandjaitan baru ingat memiliki saham PT Genomik Solidaritas Indonesia (GSI) atau GSI Lab usai muncul tuduhan berbisnis PCR. Luhut, kata Septian, justru saat itu mempertanyakan kepemilikan saham itu kepadanya.

"Beliau sempat tanya ke saya, 'emangnya Toba Sejahtera punya saham di GSI to?'. Beliau tidak ingat rupanya. Saya menjelaskan kronologis yang saya ingat waktu itu," kata Septian dalam keterangan tertulis, Senin (8/11).

Septian pun menjelaskan awal mula lahirnya GSI. Dia mengatakan, sesuai namanya, GSI didirikan dengan semangat solidaritas untuk membantu penanganan pandemi. Sifatnya lebih social entrepreneurship.

"Jadi keuntungan yang diperoleh GSI digunakan kembali untuk tujuan social, seperti memberikan PCR gratis untuk yang tidak mampu, nakes, ataupun orang-orang yang di Wisma Atlet. Mereka bahkan juga membantu Kemenkes untuk melakukan genome sequencing secara gratis untuk mendeteksi varian delta. Model ini lebih sustainable karena tidak mengandalkan donasi," tuturnya.

Dia mengatakan, lahirnya GSI bermula dari ajakan salah satu teman Luhut untuk mendirikan laboratorium tes Covid-19 yang memiliki kapasitas tinggi, yakni 5.000 tes/hari, serta bisa melakukan genome squencing. Septian menjelaskan, genome squencing belakangan ini kemudian sangat berguna untuk mendeteksi varian delta dan layanan ini diberikan gratis kepada Kemenkes untuk mendeteksi varian baru.

Septian pun kemudian mengusulkan ke Luhut untuk ikut serta dalam pendirian laboratorium itu. Tanpa pikir panjang, Luhut bersedia. Singkat cerita, kemudian lahirlah GSI.

"Usul saya ke Pak Luhut, kita ikut berpartisipasi untuk pendirian lab ini. Maka tanpa pikir panjang, Pak Luhut menyampaikan ke saya, kita bantu lah to mereka ini. Akhirnya melalui Toba Sejahtera (yang memiliki dana untuk kebutuhan ini), Pak Luhut ikut mendukung pendirian lab tersebut. Maka lahirlah GSI, setelah itu, kami tidak monitor lagi mengenai GSI ini," ungkap Septian.

Kendati demikian, Septian menegaskan, tak pernah ada niatan dari Luhut untuk mencari keuntungan dalam pendirian GSI tersebut. Dia juga menekankan, bahwa dalam perjanjian pemegang saham GSI, ada ketentuan bahwa 51% dari keuntungan harus digunakan kembali untuk tujuan sosial. Karena itu, hingga saat ini tidak pernah ada pembagian keuntungan bagi pemegang saham.

"Oleh karena itu, sampai detik ini tidak ada pembagian keuntungan seperti dividen kepada pemegang saham. Hasil laba yang lain digunakan untuk melakukan reinvestasi terhadap peralatan atau kelengkapan lab yang lain (salah satunya adalah untuk melakukan genome sequencing). Perlu diketahui, ketika di awal operasi GSI ini menggunakan fasilitas tanah dan bangunan secara gratis yang diberikan oleh salah satu pemegang saham," jelasnya.

Septian sejatinya malas mengungkap donasi atau bantuan yang diberikan Luhut selama pandemi. Namun, menurutnya, tudingan Luhut berbisnis PCR ini terlalu gila. Karena itu, dia merasa perlu meluruskannya.

"Namun, dalam kasus GSI ini, saya merasa framingnya dan tuduhannya terlalu gila. Sehingga saya perlu menuliskan cerita dari sisi kami atas apa yang terjadi. Dampak yang disebabkan oleh Varian Delta pada bulan Juli adalah pengalaman yang menyakitkan buat kami, dan saya yakin juga buat bangsa ini," pungkas dia.

Dikutip dari Harian SIB