Covid Singapura Meroket, Hanya Tersisa 60 Tempat Tidur di ICU

Posted 29-10-2021 12:53  » Team Tobatimes
Foto Caption: (iStock/Morsa Images) Ilustrasi.

TOBATIMES.COM, SINGAPURA - Rumah sakit di Singapura hampir kewalahan akibat lonjakan kasus Covid-19 dalam beberapa hari belakangan. Tempat tidur di unit perawatan intensif (ICU) pun dilaporkan hanya tersisa 60. Berdasarkan data Kementerian Kesehatan Singapura yang dirujuk South China Morning Post pada awal pekan ini, tingkat keterisian tempat tidur di ICU mencapai 83,6 persen.

Dari 306 tempat tidur yang digunakan, 64 di antaranya diisi pasien Covid-19 dengan kondisi kritis. Di samping itu, 107 tempat tidur lainnya dipakai oleh pasien Covid-19 dengan kondisi tidak stabil dan dalam pemantauan ketat. Selain itu, 135 tempat tidur lainnya di ICU diisi oleh pasien yang tidak terkait dengan penyakit akibat infeksi virus corona atau Covid-19.

The Straits Times melaporkan bahwa pemerintah Singapura memantau ketat tingkat keterisian tempat tidur di ICU ini untuk menghindari kewalahan sistem kesehatan.

Sementara itu, pemerintah Singapura juga sedang meneliti penyebab lonjakan "tak biasa" kasus Covid-19 di negara itu yang menembus rekor 5.324 kasus dalam 24 jam hingga Rabu (27/10). "Angka penularan sangat tinggi hari ini, tak seperti biasanya. Kebanyakan kasus positif Covid terdeteksi setelah tes di laboratorium hanya dalam kurun beberapa jam pada siang hari," demikian pernyataan Kementerian Kesehatan Singapura yang dikutip Reuters, Kamis (28/10).

Pernyataan itu berlanjut, "Kementerian Kesehatan sedang menyelidiki lonjakan kasus tak biasa dalam waktu singkat ini, dan memantau ketat tren ini dalam beberapa hari ke depan."

Lonjakan ini terjadi ketika Singapura kembali memperketat sejumlah aturan untuk mencegah penularan Covid-19. Singapura memperketat aturan ini pekan lalu, ketika kasus Covid-19 sedang tinggi dan sistem kesehatan hampir kewalahan. Lonjakan ini mulai terpantau sejak awal September lalu. Sebelumnya Singapura tidak pernah melaporkan kasus Covid-19 lebih dari seribu dalam sehari. Namun, kasus Covid-19 di Singapura terus melonjak hingga mencapai di atas dua ribu sehari pada 28 September.

Duta Besar Indonesia untuk Singapura, Suryo Pratomo, mengatakan bahwa ada sejumlah alasan hingga kasus Covid-19 di negara itu kembali merangkak naik dalam beberapa waktu terakhir, salah satunya vaksinasi.

Secara keseluruhan, 84 persen populasi Singapura sebenarnya sudah menerima vaksin dosis lengkap. Namun menurut Suryo, masih banyak lansia di Singapura yang tidak mau divaksinasi.

Cetak Rekor

Sementara itu, Rusia kembali mencetak rekor tertinggi untuk lonjakan kasus dan tambahan kematian akibat virus Corona (Covid-19). Dalam sehari, Rusia melaporkan lebih dari 40 ribu kasus Corona dan 1.159 kematian, yang merupakan angka tertinggi sejak pandemi merebak.

Otoritas Rusia lantas mengumumkan penutupan layanan non-esensial selama 11 hari di Moskow untuk memerangi lonjakan kasus. Demikian seperti dilansir AFP, Kamis (28/10).

Rusia yang merupakan negara Eropa yang terdampak Corona terparah, sedang berjuang dengan tingkat vaksinasi yang rendah meskipun mampu mengembangkan vaksin Corona sendiri. Jumlah kasus dan kematian harian di negara ini dalam beberapa pekan terakhir terus mencetak rekor tertinggi.

Rekor tertinggi itu kembali dicetak pada Kamis (28/10) waktu setempat, saat pemerintah Rusia melaporkan 40.096 kasus Corona dan 1.159 kematian akibat Corona dalam 24 jam terakhir. Kedua angka itu sama-sama mencetak rekor baru sebagai tambahan kasus dan kematian harian tertinggi di Rusia.

Otoritas setempat tidak lagi menerapkan kebijakan lockdown ketat seperti yang dilakukan banyak negara. Namun pekan ini, otoritas Moskow mengumumkan penutupan seluruh layanan non-esensial di wilayahnya mulai Kamis (28/10) waktu setempat hingga 7 November mendatang.

Gerai ritel, restoran, tempat olahraga dan pusat hiburan semuanya ditutup, bersamaan dengan sekolah dan taman kanak-kanak. Hanya toko-toko yang menyediakan makanan, obat-obatan dan kebutuhan pokok lainnya yang diperbolehkan untuk tetap buka.

Pemerintahan Presiden Vladimir Putin berharap pada vaksin buatan dalam negeri seperti Sputnik V, namun warga Rusia keras kepala menolak divaksinasi. Hingga Kamis (28/10) waktu setempat, tercatat hanya 32 persen populasi Rusia yang sudah divaksinasi penuh.

Pekan lalu, Putin memerintahkan libur nasional, dengan gaji tetap dibayarkan, antara 30 Oktober hingga 7 November sebagai upaya menekan penyebaran Corona. Otoritas Moskow mengikuti arahan tersebut dengan menutup layanan non-esensial di ibu kota mulai Kamis (28/10) ini.

Di bawah langkah itu, jalanan Moskow tampak tidak terlalu padat pada Kamis (28/10) pagi waktu setempat, namun transportasi publik seperti jaringan Metro tetap sibuk seperti biasanya dengan banyak penumpang tidak mengenakan masker. Otoritas Rusia tidak mewajibkan warganya tetap di rumah selama periode tidak-bekerja diberlakukan, dan banyak yang memanfaatkannya untuk bepergian ke kota lain dan luar negeri.

Setelah lockdown ketat selama berbulan-bulan pada awal pandemi, pemerintah Rusia ragu untuk menerapkan pembatasan lebih lanjut yang dinilai akan merugikan perekonomian. Yang dilakukan pemerintah Rusia adalah membujuk warganya untuk divaksinasi. (Rtr/CNNI/AFP/detikcom/d)

Dikutip dari Harian SIB