Rosintan Nababan, ibu dari Lisna boru Manurung Kenang Saat Terakhir Jumpa Sang Putri
DOLOKSANGGUL - Rosintan Nababan, ibu dari Lisna boru Manurung (30), turut hadir sebagai saksi saat rekonstruksi kasus dugaan pembunuhan di Humbahas, Sumatera Utara.
Dia menceritakan bagaimana Lisna boru Manurung bersama suaminya dan anak-anaknya datang ke rumah Rosintan tiga hari sebelum peristiwa tragis itu terjadi.
Komunikasi terakhir dengan korban terjadi pada 24 Desember 2023, setelah Rosintan Nababan kembali dari Baganbatu.
Bahkan, Lisna boru Manurung bersama suaminya dan anak-anaknya tinggal di rumah Rosintan Nababan karena ia harus pergi ke luar kota.
Dalam percakapannya, Lisna boru Manurung mengeluh bahwa mereka tidak memiliki ikan.
Rosintan Nababan, sebagai orang tua, merasa iba dan memenuhi kebutuhan putrinya.
Dia juga mengirimkan putrinya bersama menantunya kembali ke rumah mereka di Desa Lobutolong Habinsaran keesokan harinya.
"Aku tidak tahu bahwa mereka (Lisna boru Manurung bersama suaminya Henri Sianturi) bertengkar. Dia (Lisna boru Manurung) tidak pernah mengadu kepada saya. Pada tanggal 23 hingga 24, saya suruh mereka tinggal di rumahku karena saya pergi ke Baganbatu," ujar Rosintan Nababan.
Tanpa diduga, pada tanggal 26 Desember 2023, dia mendapat kabar bahwa putrinya telah meninggal dunia.
Informasi itu diterimanya dari putrinya yang lain yang sedang berada di Jakarta. Sontak, dia shock dan segera menuju rumah putrinya.
"Pada tanggal 24 Desember 2023, dia bersama suaminya dan kedua anaknya masih di rumah. Kemudian, saya mengirim mereka kembali ke rumah ini. Pada tanggal 26 Desember itu, kami tidak berkomunikasi lagi," tambahnya.
"Namun, pada pukul 18.30 WIB, adiknya yang di Jakarta menelepon saya dan mengatakan bahwa Lisna boru Manurung sudah meninggal. Saya datang ke sini (rumah korban dan tersangka)," tuturnya.
Ketika tiba di rumah korban, dia tidak bisa melihat putrinya sebelum pakaian putrinya disiapkan.
Setelah berada di ruang tengah, dia akhirnya bisa mendekat sembari menangisi kepergian putrinya.
"Saat saya tiba di sini, saya melihat banyak orang dan bertanya-tanya mengenai kematian anak saya. Saya langsung ditarik sehingga tidak bisa melihat jasad anakku. Dan setelah dipakaikan pakaian putriku, barulah saya mendekat," lanjutnya.
"Saya mendengar orang berbisik-bisik bahwa putriku meninggal di kamar mandi. Kemudian, saya tanya suaminya. Dia mengatakan meninggal di dapur. Setelah saya jelaskan, suaminya mengatakan bahwa saya pasti tahu kemudian," lanjutnya.
Hal yang paling tidak mengenakkan baginya sebagai orang tua, jasad putrinya tidak bisa dimakamkan secara gerejani. Artinya, upacara gereja dan penerimaan sakramen tidak dilakukan.
Pasalnya, dia mendapatkan informasi saat berada di rumah korban bahwa Lisna boru Manurung meninggal karena bunuh diri.
"Pukul 22.00 WIB, dikatakan kepada saya bahwa putriku tidak bisa mendapatkan sakramen dari gereja. Saya menangis. Mereka menyebut bahwa putriku meninggal karena bunuh diri atau gantung diri," lanjutnya.
Jawaban yang simpang siur tersebut membuat dirinya semakin tidak yakin tentang penyebab kematian putrinya.
Kemudian, keluarga Marga Manurung mendesak agar penyebab kematian Lisna boru Manurung diusut tuntas.
"Maka keluarga Manurung meminta agar ini diusut sampai tuntas karena ada kejanggalan. Termasuk saat penguburannya yang tidak mendapatkan sakramen dari gereja," tutupnya.
Setelah penguburan selama satu bulan, proses ekshumasi dilakukan.
Akhirnya, pihak kepolisian menetapkan Henri Sianturi (34), suami Lisna boru Manurung, sebagai tersangka pada 7 Maret 2024 setelah mendapatkan hasil ekshumasi. Dan, hari ini, Rabu (13/3/2024), rekonstruksi digelar di rumah tersangka. Ada sebanyak 34 adegan yang diperagakan dalam rekonstruksi tersebut.